Jumat, 21 Desember 2012

Robot Kapal Selam Pemeta Dasar Samudera


Peneliti IFM Geomar Kiel, Jerman, mengerahkan robot kapal selam otonom untuk membantu mencari pesawat terbang yang jatuh di samudra pada kedalaman 6000 meter.



Dua tahun lalu, sebuah pesawat terbang milik maskapai penerbangan Air France jatuh ke Samudra Atlantik. Pencarian hitam sejak terjadinya kecelakaan dibantu robot-robot kapal selam tidak berawak yang bekerja secara otonom di dasar lautan.
Berbeda dengan kapal selam untuk laut dalam konvensional, robot kapal selam di dasar laut itu dapat secara mandiri menentukan rute pemetaan dan melakukan operasinya dalam wilayah luas hingga kedalaman laut 6.000 meter.
Hampir dua tahun lamanya, robot-robot kapal selam yang bekerja secara otonom itu melakukan pemetaan dasar laut, di samudra Atlantik kawasan pesisir Brazil, untuk melacak jejak pesawat terbang Air France yang jatuh ke samudra dengan kedalaman 6.000 meter. Robot berbentuk cerutu sepanjang empat meter itu diprogram sedemikian rupa, sehingga di laut dalam dapat menentukan haluannya secara mandiri. Robot kapal selam itu beroperasi pada ketinggian antara 25 hingga 50 meter dari dasar samudra, dan melakukan pemetaan dengan sonar khusus. Prinsip kerjanya, dari dua sumber dipancarkan gelombang suara berbentuk kipas, yang menciptakan pencitraan tiga dimensi permukaan dasar lautan.  
Para ilmuwan baru dapat menganalisa data yang dikumpulkan, jika robot kapal selam tidak berawak-AUV itu kembali ke permukaan laut. Memang terdapat kemungkinan melakukan komunikasi dengan AUV memanfaatkan gelombang suara terdigitalisasi, akan tetapi hal itu hanya dilakukan dalam kondisi darurat. Dalam satu kali pengoperasiannya, robot kapal selam itu dapat melakukan pemetaan dan pencitraan dasar lautan hingga 24 jam, sebelum kembali ke permukaan. Dan sejauh ini, kapal selam robot itu selalu kembali ke permukaan. Herzig menilai hal itu sebagai sukses.“Perangkat ini relatif baru. Dari tipe ini di seluruh dunia hanya ada tiga unit, dua di Institut Kelautan Woods Hole di AS, institut mitra kami, satu unit lagi di sini,“ kata peneliti dari IFM Geomar di Kiel itu.Robot otonom pencitraan morfologi dasar lautan itu salah satunya dikembangkan oleh Institut Ilmu Pengetahuan Kelautan di Kiel- IFM Geomar. Dengan robot tsb dapat dilakukan pengumpulan data dasar lautan yang lebih akurat. Peneliti dari IFM Geomar di Kiel, Peter Herzig mengungkapkan kekurangan dan keunggulan metode tsb : “Kami memang tidak dapat menentukan jenis batuannya, tapi lewat refleksi gelombang suara kami dapat menegaskan, apakah itu refleksi keras atau lemah. Refleksi lemah adalah sedimen. Refleksi keras adalah batuan, jika lebih keras berarti logam. Refleksi plastik diantara batuan dan logam.“  
Dalam pencarian pesawat terbang Air France yang jatuh di kawasan perairan Brazil di samudra Atlantik ketiga unit robot kapal selam otonom itu dikerahkan semuanya. Keunggulan robot kapal selam otonom itu, adalah kemampuannya untuk belajar dan saling berkomunikasi. Robotnya menunjukkan sifat dapat berkelompok seperti ikan.
Herzig menjelaskan lebih lanjut : “Peralatannya memiliki kemampuan saling berkomunikasi dan memberikan informasi, robot mana yang datang dari mana. Dan dapat menyisir kawasan cukup luas secara bergiliran satu dengan lainnya.“
Robot-robot kapal selam otonom itu dalam waktu hampir dua tahun, menganalisa kawasan seluas lebih dari 2000 kilometer persegi di pesisir Brazil selama pencarian reruntuhan pesawat terbang yang jatuh tsb. Pemetaannya dilakukan dengan akurasi hingga 20 sentimeter.
Hasilnya, kotak hitam pesawat yang jatuh sudah ditemukan dan dapat dievakuasi dari kedalaman hampir 6000 meter. Data yang terhimpun dapat dimanfaatkan oleh para ilmuwan selama beberapa generasi. Periset dari IFM Geomar di Kiel, Peter Herzig juga menambahkan, akan sangat menguntungkan jika juga mengambil sampel batuan dari kawasan yang sudah diteliti dan dipetakan itu. “Selalu terdapat pertanyaan besar, bagaimana proses perkembangan dasar lautan? Bagaimana pembentukan kerak bumi baru di dasar lautan? Karenanya ini merupakan kawasan yang menarik, dimana kita melihat, bagaimana batuannya berubah, bagaimana lapisan sedimen yang menutupinya semakin tebal, seiring waktu. Bagaimana di sampingnya gunung api terbentuk. Saya pikir, untuk itu dapat dibuat satu atau dua tesis Doktor,“ tambah Herzig.“Kawasan itu sekarang merupakan zona dasar lautan yang dipetakan paling baik sedunia. Normalnya, kami tidak memiliki peta detail dari kawasan bawah laut semacam itu. Kami melihat sejumlah gunung api, sesar dan sedimen. Secara ilmu pengetahuan amat menarik melihat bagaimana kenampakan dasar lautan di dekat pegunungan bawah laut. Amat unik dan bagi kami merupakan dorongan untuk terus ikut meneliti, karena disebutkan, jika pencarian dihentikan, datanya dapat kami gunakan,“ ujar Herzig lebih lanjut.
Kawasan tsb ibaratnya dapat menjadi surga bagi para ahli geologi dan peneliti kelautan. Sebab, data akurat sebanyak seperti yang dikumpulkan dari kawasan perairan Brazil, belum pernah dilakukan di laut dalam manapun. Herzig menjelaskan :“Terlepas dari peristiwa menyedihkan, dimana reruntuhan pesawatnya terkubur di sana, tapi sekali waktu mungkin lokasinya bisa dijadikan taman ilmu pengetahuan, dimana kita dapat melakukan riset menyeluruh. Dengan memandang pada pembentukan kerak bumi baru di dasar lautan, yang belum pernah dilakukan dimanpun. Saya yakin, negara lainnya juga akan tertarik. Dan kita juga dapat mempublikasikan datanya, karena hal semacam ini belum pernah ada di dunia.“

Sumber By http://www.dw.de/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar